couple
    Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang paling mendesak di dunia. Menurut data PBB, pada 2021 terdapat sekitar 689 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem, yaitu dengan pendapatan kurang dari USD 1,9 per hari¹. Kemiskinan tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu, tetapi juga pada pembangunan berkelanjutan, yang meliputi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. 

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan adalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Menurut proyeksi PBB, pada 2030 populasi dunia akan mencapai 8,5 miliar jiwa, dan pada 2050 akan mencapai 9,7 miliar jiwa². Pertambahan penduduk ini akan menimbulkan tantangan baru dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan, air, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga akan meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan, yang dapat memperburuk perubahan iklim, kerusakan ekosistem, dan kehilangan keanekaragaman hayati. 

Oleh karena itu, diperlukan solusi yang radikal dan inovatif untuk mengatasi kemiskinan berkelanjutan. Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah childfree, yaitu pilihan hidup tanpa memiliki anak. Childfree adalah sebuah gerakan sosial yang muncul sejak akhir abad ke-20, yang didorong oleh alasan-alasan seperti kebebasan, kemandirian, karier, kesenangan, dan tanggung jawab lingkungan³. Childfree berbeda dengan childless, yang merupakan kondisi tidak memiliki anak karena faktor-faktor seperti infertilitas, kesehatan, usia, atau keadaan. 

Apa yang Anda pikirkan jika Anda tidak pernah memiliki anak? Mungkin Anda akan merasa kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup Anda. Namun, bagi sebagian orang, tidak memiliki anak adalah sebuah pilihan yang dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa childfree dapat menjadi solusi mengatasi kemiskinan berkelanjutan: 

  • Menghemat biaya hidup. Memiliki anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari kebutuhan sehari-hari, seperti pangan, pakaian, kesehatan, hingga kebutuhan jangka panjang, seperti pendidikan, rekreasi, dan warisan. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa biaya rata-rata untuk membesarkan seorang anak dari lahir hingga usia 18 tahun adalah sekitar USD 233.610. Dengan childfree, Anda dapat mengalokasikan penghasilan Anda untuk kebutuhan lain, seperti investasi, tabungan, atau konsumsi. Anda juga dapat hidup lebih hemat dan efisien, tanpa harus mengorbankan kualitas hidup Anda. 
  • Meningkatkan kualitas hidup. Memiliki anak juga membutuhkan waktu, energi, dan perhatian yang besar, yang dapat mengurangi kesempatan Anda untuk merawat diri sendiri, mengembangkan diri, dan menjalin hubungan yang harmonis dengan pasangan, keluarga, teman, dan masyarakat. Sebuah studi di Belanda menunjukkan bahwa orang yang childfree memiliki tingkat stres yang lebih rendah, tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi, dan tingkat kepuasan pernikahan yang lebih baik daripada orang yang memiliki anak. Dengan childfree, Anda dapat memiliki lebih banyak waktu, energi, dan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai, belajar hal-hal baru, dan berkontribusi bagi orang lain. 
  • Berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Memiliki anak juga berdampak terhadap sumber daya alam dan lingkungan, yang dapat memperburuk masalah-masalah seperti perubahan iklim, kerusakan ekosistem, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Sebuah studi di Swedia menunjukkan bahwa menghindari memiliki satu anak dapat mengurangi emisi karbon sebesar 58,6 ton per tahun, yang jauh lebih besar daripada mengurangi konsumsi daging, mengemudi mobil, atau terbang pesawat. Dengan childfree, Anda dapat mengurangi jejak ekologis Anda dan membantu melestarikan bumi untuk generasi mendatang.

Namun, hidup tanpa anak juga bukan tanpa konsekuensi. Childfree menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar diri mereka. Ada beberapa risiko yang mungkin dihadapi oleh orang yang memilih childfree: 

  1. Stigma sosial. Di banyak negara, termasuk Indonesia, memiliki anak masih dianggap sebagai norma dan kewajiban sosial. Orang yang childfree sering kali mendapat cap negatif, seperti egois, aneh, tidak bahagia, atau tidak berguna. Mereka juga bisa menjadi sasaran tekanan, kritik, atau diskriminasi dari keluarga, teman, atau masyarakat. 
  2. Masalah psikologis. Meskipun childfree mungkin merasa puas dengan pilihan mereka, mereka juga bisa mengalami perasaan-perasaan negatif, seperti rasa bersalah, kesepian, atau ketakutan. Mereka mungkin merasa bersalah karena mengecewakan orang tua, kesepian karena tidak memiliki keturunan, atau ketakutan karena tidak memiliki orang yang merawat mereka di masa tua. Mereka juga bisa mengalami kecemasan, depresi, atau isolasi sosial. 
  3. Dampak demografis. Childfree juga berpengaruh terhadap dinamika penduduk suatu negara. Jika semakin banyak orang yang memilih childfree, maka laju pertumbuhan penduduk akan menurun, penduduk akan menua, dan ketimpangan gender akan meningkat. Hal ini bisa mengancam stabilitas ekonomi, sosial, dan politik suatu negara.

Jadi, apakah childfree adalah solusi yang tepat untuk mengatasi kemiskinan berkelanjutan? Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Childfree adalah sebuah pilihan hidup yang harus dipertimbangkan dengan matang dan komprehensif, baik dari sisi individu, keluarga, maupun masyarakat. Childfree juga membutuhkan dukungan yang kuat dan konsisten, baik dari sisi pemerintah, media, maupun organisasi. Childfree bukanlah sebuah pilihan yang mudah, tetapi juga bukanlah sebuah pilihan yang salah. Childfree adalah sebuah pilihan yang berani, yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.